IptekTanaman hlm. Pangan 6: 139 151. Kasim, A. dan P.A. Beding. 2013. Pengkajian pemanfaatan pupuk Sumarno dan M.M. Adie. 2010. Strategi pengembangan produksi organik bokashi untuk meningkatkan produksi kedelai > 2 ton/ menuju swasembada kedelai berkelanjutan. Iptek Tanaman ha di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua.
Macam-Macam Strategi Agrikultur di Indonesia. - Indonesia dikenal dengan negara agraris dan memiliki banyak pertanian. Agrikultur atau pembangunan pertanian di Indonesia adalah sumber hayati untuk mendapatkan bahan pangan. Ada 3 macam strategi agrikultur di Indonesia untuk lebih berkembang, seperti, ekofarming, distribusi pupuk hingga irigasi. Kegiatan agrikultur memang penting untuk negara Indonesia karena manjadi salah satu pendapatan seiring berjalannya waktu globalisasi dan perkembangan zaman semakin maju. Kita enggak boleh kalah dengan globalisasi sehingga perlu pengembagan strategi untuk agrikultur. Indonesia memiliki banyak penduduk, sehingga pangan harus diperhatikan agar seluruh masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk itu, ada beberapa langkah pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Cari tahu macam-macam strategi agrikultur di Indonesia, yuk! Baca Juga Jenis-Jenis Mata Pencaharian Sesuai dengan Lingkungan Tempat Hidupnya Strategi Pengembangan Agrikultur di Indonesia Ada berbagai macam strategi pemerintah untuk mengembangkan bidang agrikultur di Indonesia, seperti 1. Ekofarming pixabay Stratergi agrikultur yang dilakukan pemerintah Strategi ekofarming digunakan untuk menghasilkan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Enggak hanya itu, strategi ini juga ekonomis dan ramah untuk kesehatan petani dan penduduk. Hasil dari ekofarming terbebas dari bahan kimia dan ramah lingungan. 2. Distribusi Pupuk secara Merata Cara ini dilakukan pemerintah untuk mendistribusi pupuk secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga para petani mudah mendapatkan pupuk. Baca Juga Isi Jawaban Kelas 5 Tema 2 Macam-Macam Usaha Peningkatan Hasil Agraris Dengan strategi ini adalah para petani diminta untuk menjumlahkan kebutuhan pupuk tanam per hektar dalam setahun. Hal ini juga membuat pemerintah menjadi tahu, berapa pupuk yang dibutuhkan petani untuk pertaniannya. 3. Irigasi Irigasi upaya untuk pengaturan dan penyadiaan untuk mengairi pertanian. Ada lima jenis irigasi yang ada di Indonesia, seperti irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Untuk itu pemerintah Indonesia selalu berusaha menyediakan persediaan air untuk pertanian dengan pengadaan irigasi yang baik. Selain itu, strategi yang banyak digunakan di agrikultur adalah melakukan pembangunan dalam bidang pertanian. Baca Juga Kunci Jawaban Materi IPA Kelas 7 Ekosistem Sawah dan Permasalahannya - Ayo kunjungi dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani dunia pelajaran anak Indonesia. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
StrategiPemanfaatan Mekanisasi Tanaman Tebu di Lahan Kering Wilayah Pengembangan (Bagian I) Terbit pada Selasa, 22 April 2014. Sang kancil curi laser discnya. ujung tombak ketahanan pangan di negeri yang konon negeri agraris ini dan penopang perekonomian bagi sanak familinya. Sepercik harapan itu masih ada, melihat beribu potensi sumber
Muitos latifundiários proprietários de grandes extensões de terra não utilizam toda a parte aproveitável de suas terras. Sendo assim, o Estado poderá comprar ou desapropriar essas terras, para distribuí-las àqueles que não possuem. Isso se chama Reforma Agrária. Em poucas palavras, a Reforma Agrária procura distribuir as terras brasileiras de maneira que todos possam ter o seu próprio lote. Entenda melhor, a seguir. O que é a Reforma Agrária? É um sistema que proporciona a redistribuição das propriedades rurais, ou seja, terras aproveitáveis que não estão sendo utilizadas pelos seus donos são distribuídas para pessoas que possuem capacidade de produzir. As terras são dadas às famílias assentadas e esse espaço fica conhecimento como assentamento. Para permanecer com o seu lote, cada família precisa torná-lo produtivo. No entanto, para que isso aconteça, essas famílias conseguem realizar financiamentos com baixas taxas de juros para a compra de adubos, sementes, máquinas e outros equipamentos de produção. Esses assentamentos também precisam de infraestrutura, portanto não basta apenas o Estado desapropriar lotes de grandes latifundiários, é preciso auxiliar os trabalhadores que irão ganhar essas terras. A Reforma Agrária é extremamente benéfica, já que proporciona um pedaço de terra para que mais pessoas possam trabalhar. Isso estimula a produção agrícola, melhorando a condição de vida dessas pessoas e diminuindo as desigualdades sociais. Também, proporciona benefícios ao país, já que aumenta a produção agrícola nacional. Surgimento da Reforma Agrária O problema da distribuição desigual das terras começou por volta de 1530. Nesse período, as terras brasileiras foram divididas em capitanias hereditárias, usando o sistema de sesmarias. Dessa forma, as terras foram doadas a pessoas com condições de produzir. Isso fez com que poucos indivíduos possuíam muitas terras. Em 1822, com a Independência do Brasil, as divisões ficaram mais fortes, resultando em bastante violência e ainda mais concentração de terra nas mãos de poucos proprietários. O problema começou a ser discutido entre o final da década de 50 e começo da 60. Logo, surgiram entidades com o intuito de proteger essa parcela carente da população, entre elas Ligas Camponesas, no nordeste, e Superintendência de Reforma Agrária Supra, criado pelo Governo Federal. No início do regime militar, foram criados o Estatuto da Terra, o Instituto Brasileiro de Reforma Agrária Ibra e o Instituto Nacional de Desenvolvimento Agrário Inda, substituindo a Supra. Já em 1970, surgiu o INCRA Instituto Nacional de Colonização e Reforma Agrária, que conhecemos hoje. Como funciona e qual a relação o MST? O MST Movimento dos Trabalhadores Rurais Sem Terra surgiu em meados dos anos 1980, em Cascavel, no Paraná. Hoje, está espalhado por todo o Brasil, sendo um grupo que pressiona o Governo para que a Reforma Agrária aconteça de maneira mais ágil e rápida. As terras que são distribuídas têm duas origens expropriação e compra direta. A primeira, de acordo com a Lei determina que “a propriedade rural que não cumprir a função social é passível de desapropriação”. Para saber se a terra cumpre ou não, o INCRA analisa os índices de produtividade predeterminados. Nos últimos anos, poucas terras foram destinadas à Reforma Agrária por esse meio. Já na segunda, o Estado compra as terras dos grandes latifundiários usando os fundos da União. No entanto, apesar de ser a maneira mais utilizada, é duramente criticada pela União, isso porque, ao pagar pela terra, o dinheiro acaba retido com os proprietários das terras. O MST tem suas vertentes baseadas no marxismo e no cristianismo progressista. Entre outras causas, a principal está relacionada à distribuição igualitária das terras, de acordo com a escala de produção. O movimento defende o uso social e justo da terra, dessa forma, fica mais fácil estipular um limite racional entre os lotes. Além disso, buscam defender que os camponeses tenham acesso às terras, afinal, são os que mais precisam, já que não possuem nenhum outro lote. Com isso, o MST apoia uma melhor organização agrícola nacional, afinal, essa aumentará a produção de alimentos naturais e saudáveis – posteriormente, esses mesmos alimentos podem ser exportados, valorizando a produção agrícola no Brasil. No entanto, para que tudo isso aconteça é preciso que a Reforma Agrária seja feita da melhor forma e o mais ágil possível. indonesiasebagai negara agraris kaya akan hasil-hasil pertanian baik perkebuan, maupun hortikulutara. komoditas bidang hortikulura sangat berpotensi untuk dikembangkan secara optimal baik kuantitas maupun kualitasnya. namun penerapan dilapangan terdapat permasalahan yang dihadapi petani hortikultura diantaranya mulai dari pengolahan lahan, pemilihan bibit, teknik budi daya, sistem tanam

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Agribisnis adalah suatu sistem yang dimana fokus utamanya mengedepankan pada pembangunan yang dapat menciptakan suatu perpaduan antara pertanian secara umum dengan pembangunan industri hulu hingga industri hilir juga sektor - sektor jasa yang terdapat didalamnya saragih, 2001. Agribisnis disini sangatlah diperlukan dinegara Indonesia, karena hampir seluruh masyarakat Indonesia ikut berkecimpung dalam sektor pertanian. Oleh sebab inilah sistem agribisnis lahir. Agribisnis membantu dalam menajemen sumber daya pertanian, mulai dari penyediaan input pertanian hingga pendistribusian hasil dari pertanian, juga agribisnis selalu berkaitan dengan hal pengorganisasian dari beragamnya sumber daya, dalam suatu jalur yang dibentuk dengan efisien dan mencapai suatu keefisienan ini pastinya dibutuhkannya strategi yang dapat mengembangkan sistem agribisnis. Strategi dalam agribisnis sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu strategi secara horizontal dan secara vertikal. Secara horizontal berarti strategi yang digunakan adalah strategi yang berkenaan dengan adanya lembaga - lembaga yang menaungi sistem agribisnis komoditas tertentu ini, sedangkan secara vertikal berarti strategi yang digunakan adalah strategi yang berkenaan dengan hal yang terdapat dalam sistem agribisnis komoditas tertentu ini, mulai dari sistem hulu hingga sistem hilir, juga sub sistem satu dari banyaknya komoditas di Indonesia yang banyak diminati dan membutuhkan strategi pengembangan adalah komoditas sapi potong. Laju permintaan dari komoditas ini terus meningkat dengan bertambahnya jumlah dari penduduk di Indonesia. Permasalahannya ialah Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan daging yang tinggi untuk para konsumennya, sehingga masih saja pemerintah harus impor daging sapi dari luar. Perkembangan Dari Komoditas Sapi Potong Di IndonesiaKomoditas sapi potong merupakan suatu komponen yang bisa dibilang dapat menyokong hidupnya masyarakat Indonesia, karena sumber daging yang diminati di Indonesia adalah daging dari sapi. Oleh karena itu, permintaan dari daging sapi potong ini terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk yang terdapat di laju pertumbuhan dari populasi sapi di Indonesia menurut data sekunder yang tersedia dalam 30 tahun terakhir hanya 1,44 persen Statistik Peternakan 2003. Jika dilihat dari persentasenya dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan tersebut sangatlah lambat, bahkan beberapa wilayah ada yang mengalami penurunan 11 juta ekor sapi tersebar dalam 30 provinsi yang terdapat di Indonesia. Sebarannya sendiri untuk pulau jawa khususnya jawa tengah dan jawa timur merupakan sebaran tertinggi yaitu sekitar 54 persen, untuk kawasan Nusa Tenggara yaitu NTT, NTB juga bali memiliki sebaran sapi potong sebesar 14 persen, kawasan Sumatera sebesar 15 persen dan sisanya berada di kawasan Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya bagian selatan yakni sekitar 12 data ini seharusnya pemerintah dapat mengkonsentrasikan seluruh pembinaan pada wilayah yang memiliki persentase tinggi tersebut, agar wilayah tersebut dapat menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan populasi ternak sapi potong. Dengan perkembangan terpusat ini diharapkan wilayah ini mampu mendongkrak pertumbuhan produksi daging sapi potong yang dipergunakan untuk mengimbangi laju pertumbuhan permintaan yang relatif tinggi yaitu 4,7 persen per tahunnya. Selain dengan pertumbuhan sapi potong yang dapat difokuskan, sistem pemasaran harus lah efisien agar ikut membantu dalam proses pengembangan ini. Sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila dapat memberikan suatu balas jasa yang setara kepada semua komponen atau pelaku yang terlibat dalam proses pemasaran ini yaitu peternak sebagai produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir. Hal tersebut menyebabkan besarnya biaya margin pemasaran yang tinggi, sehingga perlu bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang Lembaga pemasaran yang terlibat mempengaruhi harga yang akan diterima olehpetani. Semakin panjang saluran pemasaranmaka semakin rendah harga yang diterima oleh petani Dewi, et al, 2017.Dalam proses suatu pengembangan pastinya akan dibutuhkan strategi yang cocok untuk diterapkan di suatu wilayah tertentu. Strategi ini dipakai agar pengembangan dapat terjadi dengan lebih efisien. Dengan adanya strategi vertikal juga akan menyebabkan komponen yang ada di dalam sistem agribisnis akan lebih baik dan komoditas sapi potong sendiri, strategi dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produktivitas juga kualitas dan kuantitas dari sapi potong yang diternakan. Seperti yang disebutkan tadi bahwa disetiap wilayah pastinya memiliki strategi yang beragam dalam proses pengembangan wilayah Bondowoso sendiri, hasil dari adanya analisis SWOT diperoleh lima alternatif strategi yaitu Integrasi antar subsistem agribisnisPenambahan populasi sapi potongPenguatan kelembagaan peternakPelatihan peternak akan hal manajemen dan pemanfaatan teknologi tepat gunaSerta peningkatan kuantitas dan kualitas produksi. Diantara ke lima strategi tersebut, terdapat empat strategi vertikal, namun semua strategi tersebut ada untuk saling melengkapi dimana prioritas utamanya terletak pada integrasi antar subsistem agribisnis yang dilanjutkan pada penambahan populasi sapi potong dan seterusnya. Juga pengembangan usaha di sektor jasa pendukung di agribisnis sapi potong di maksudkan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha - usaha agribisnis sapi potong mulai dari subsistem hulu, subsistem on farm hingga subsistem hilir. Sektor jasa pendukung dapat dilakukan dengan membentuk kerja sama antara peternak dengan penyuluh juga lembaga maulinda. Dan Mardiyah hayati. 2020. pemasaran sapi potong di desa Lobuk Kabupaten sosial ekonomi dan kebijakan pertanian 41. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

MembuatDenah Dengan Autocad Lengkap Berbahasa Indonesia Di 2020 Autocad Bahasa Indonesia Autocad 2019 Belajar Membuat Denah Rumah 2d Di Autocad Bagian 1 Youtube . Cara Cepat Menguasai Autocad 2017 Youtube Pos sebelumnya Pengembangan Agraris Dengan Cara Rotasi Tanaman Termasuk Bagian Dari Strategi. Pos berikutnya Proses Belajar Mengajar BerandaPengembangan agraris dengan cara rotasi tanaman te...PertanyaanPengembangan agraris dengan cara rotasi tanaman termasuk bagian dari strategi....Pengembangan agraris dengan cara rotasi tanaman termasuk bagian dari strategi.... Perbaikan irigasi Penyuluhan pertanian Penerapan eco farming Pembukaan lahan baru Jawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah C. PembahasanEco Farming adalah konsep pengembangan agraris dengan melakukan rotasi tanaman. Konsep ini diterapkan untuk menghasilkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berdampak baik untuk kesehatan orang dilingkunga sekitar tempat tinggal. Eco farming akan memanfaatkan limbah organik sebagai media pertanian yang efektif dan efisien. Cara bertani dengan model ini merupakan bentuk pembangunan agrikultur di Indonesia. Jadi, jawaban yang tepat adalah C .Eco Farming adalah konsep pengembangan agraris dengan melakukan rotasi tanaman. Konsep ini diterapkan untuk menghasilkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berdampak baik untuk kesehatan orang dilingkunga sekitar tempat tinggal. Eco farming akan memanfaatkan limbah organik sebagai media pertanian yang efektif dan efisien. Cara bertani dengan model ini merupakan bentuk pembangunan agrikultur di Indonesia. Jadi, jawaban yang tepat adalah C. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!241Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia
  1. Жιναхօቨеኢ ифο
  2. Ժιφужθ о
  3. ያаገ ዟցоቹዪρዓт апсучаζоβа
Provisionof production facilities, market Kedelai adalah salah satu tanaman pangan strategis dan penting di development, and appropriate prices for farmers is absolutely Indonesia. bagian pengembangan pertanian melalui pembukaan lahanbaru utara sampai muara sungai Bensbachdi Merauke dengan dukungan kebijakan pemerintah pusat, bagianselatan
ArticlePDF AvailableAbstract and Figuresp>Abstrak. Penggenangan terus-menerus di lahan sawah akan berpengaruh terhadap keseimbangan kimia dan biologi tanah. Pergantian aerobik dan anaerobik di lahan sawah merupakan satu kontrol alami yang efektif mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi sehingga tanah sawah menjadi sehat dan tetap produktif. Penerapan rotasi tanamanantara tanaman padi dengan palawija maupun hortiklutura merupakan salah alternatif yang bijak untuk tetap mempertahankan produktivitas dan kesuburan lahan, dan perekonomian petani. Penerapan rotasi tanam memiliki peranan terhadap beberapa aspek antara lain agronomi, ekonomi dan lingkungan. Pengelolaan lahan pertanian tanah sawah secara terus-menerus pada berbagai rotasi tanam dapat meningkatkan berat jenis tanah, dan persentase fraksi lempung dalam tanah sawah. Rotasi tanaman padi-palawija/hortikultura dapat memperbaiki srtuktur tanah melalui peningkatan nilai MWD. Penerapan rotasi tanaman secara terus-menerus berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat kimia tanah seperti pH, N-total, P dan K-tersedia, KPK tanah, dan C-organik. Penerapan rotasi tanaman padi-jagung pada 1 – 2 tahun pertama memberikan kadar N-total tanah, NO3- dan DOC yang sangat tinggi. Penanaman jagung di musim kemarau pada rotasi tanaman padi-jagung dapat menyimpan air dan menekan pencucian hara, daripada penanaman padi-padi dalam jangka panjang. Pengembalian nutrisi nitrogen dalam rotasi tanaman dapat dilakukan melalui penanaman tanaman legum setelah penanaman tumbuhan serealia dan sejenisnya. Abstract. Continuous flooding in paddy fields will disrupt the biological and chemical balance of the soil. Substitution of aerobics and anaerobics in paddy fields is a natural control that effectively controls the biological and nonbiological balance so that the paddy fields become healthy and remain productive. Application of plant rotation between rice plants with crops and horticulture is a wise alternative to maintain the productivity and fertility of paddy field, and the economy of farmer. Application of rotation has a role to play on several aspects such as agronomy, economy and environment. Continuous management of paddy field on various rotations of cropping can increase bulk density, and the percentage of clay fraction in paddy soil. Rotation of rice-upland/horticulture can improve soil structure by increasing the value of MWD. Continuous application of crop rotation has a significant effect on changes in soil chemical properties such as pH, totalN, available P and K, CEC, and organic carbon. The application of rotation of rice-maize in the 1–2 years can give very high total N, NO3- and DOC levels. The planting of maize in the dry season on a rotation of rice-maize can store water and suppress nutrient leaching, rather than long-term rice-rice cultivation. Return of nitrogen nutrients in crop rotation can be done through planting legumes after planting cereals and the pori makro berkurang sampai 87%, pori berukuran 0,6 – 30 μm pori kapiler dan pori berukuran Abstrak. Lahan pertanian eksisting penghasil bahan pangan terutama sawah dan lahan kering menjadi tumpuan harapan untuk memenuhi kebutuhan pangan 258,7 juta jiwa penduduk pada tahun 2017. Usaha pencapaian swasembada berkelanjutan dihadapkan pada i peningkatan jumlah penduduk sekitar 3,4 juta jiwa setiap tahun, ii konversi lahan sawah ke non pertanian dengan laju sekitar ha tahun-1, sementara laju perluasan lahan sawah hanya sekitar ha tahun-1, dan iii perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim berupa kekeringan, kebanjiran, longsor, yang selanjutnya meningkatkan intensitas serangan hama/penyakit tanaman. Upaya dan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya melalui, pertama, intensifikasi dengan inovasi teknologi pada 4 juta ha sawah irigasi teknis, 4,1 juta ha lahan sawah sub-optimal tadah hujan, irigasi sederhana, sawah rawa melalui perbaikan saluran irigasi dan sistem drainase, pemupukan berimbang, pengembangan varietas unggul, dan peningkatan Indeks Panen dari 1 menjadi 1,5. Kedua, pengendalian konversi lahan melalui kesepakatan berbagai pemangku kepentingan, kerjasama lintas kementerian/ lembaga serta antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya konversi lahan terhadap ketahanan pangan, kestabilan sosial, ekonomi dan politik. Ketiga,perluasan areal tanam di lahan perkebunan kelapa sawit muda 5,1 juta ha dan karet 0,54 juta ha, serta pada perkebunan kelapa 2,15 juta ha. Tersedia varietas toleran naungan untuk padi gogo, jagung dan kedelai untuk mendukung usaha ini. Keempat, perluasan areal pertanian baru untuk tanaman pangan pada lahan potensial di lahan rawa pasang surut, lebak, dan gambut dan pada lahan basah non rawa untuk sawah irigasi dan tadah hujan, serta di lahan kering dengan lereng Table 4. Furthermore, the soil particle-size distribution did not differ among any treatment combinations when measured in 2010 P > Table 4. Analysis of variance summary of the inherent differences of soil properties before tillage, fertility and crop rotation treatments. Soil properties and their interactions related to the inherent soil differences in the assigned treatment combinations on soil bulk density BD, soil organic carbon SOC content, total nitrogen TN content, portion of SOC in soil organic matter SOM, portion of TN in SOM, and carbon to nitrogen ratios CN prior to any treatment being imposed in 1999. The study site was located at the Rice Research and Extension Center near Stuttgart, AR on a silt-loam soil. Treatment effects in bold are considered non-significant P > As hypothesized, SOC P < and TN P = contents kg m⁻² in the top 10 cm were affected by crop rotation and time, when averaged across tillage treatments and fertility regimes Table 5. The SOC content in rotations that included winter wheat [ RW and RWSW] increased more than 30% for a sequestration rate of kg⁻¹ SOC m⁻² yr⁻¹ and the continuous rotation increased 16% for a sequestration rate of kg⁻¹ SOC m⁻² yr⁻¹ from 1999 to 2010, whereas SOC contents in the RS, RC, and RCS rotations did not differ over the 11-year time period Figure 1A. Likewise, TN contents increased 36 to 46% in the RW rotation for a sequestration rate of kg⁻¹ TN m⁻² yr⁻¹ and in the RWSW rotation for a sequestration rate of kg⁻¹ TN m⁻² yr⁻¹ Figure 1B. However, the RS rotation increased 19% for a sequestration rate of kg⁻¹ TN m⁻² yr⁻¹ from 1999 to 2010, whereas the TN contents in R, RC, and RCS rotations did not differ over time Figure 1B. The greater increase of SOC and TN over time in rotations with wheat could be partially due to greater quantities of annual biomass from the double-cropped rotations, as opposed to rotations that were fallow in the winter, and partially due to the presence of wheat in the ground during sampling. The presence of the wheat crop suggests there were greater concentrations of fresh root biomass and increased microbial activity in the near-surface soil compared to rotations that were fallow during the study focuses on the effects of long-term rice rotated with milk vetch being as green manure on the composition of bacteria in rice roots. The endophytic bacterial communities in rice roots of the rice-rice-milk vetch R-R-MV and the rice-rice-winter fallow R-R-WF crop rotations with a 28-year research history were investigated using combined culture-dependent and culture-independent methods. It was found that the endophytic bacterial population in rice roots with the green manure was significantly higher than that of without it. There were 169 and 77 strains of endophytic bacteria that were isolated from rice roots of the R-R-MV and the R-R-WF, respectively. The 16S rRNA gene analysis shows that the 77 R-R-WF bacteria belong to 15 species of 14 genera while the other 169 R-R-MV bacteria belong to 21 species of 19 genera, in which Herbaspirillum and Cedecea were two mutually dominant populations and Burkholderia, Pseudomonas, Sphingomonas, and Pantoea accounted for large proportions of the endophytic bacteria in rice roots through R-R-MV rotation. The analysis of 16S rDNA clone libraries showed that the Shannon-Weaver diversity index of endophytic bacteria in R-R-MV approximates that in R-R-WF rotation, whereas the richness indexes of Chao 1 and ACE in R-R-MV rotation system were significantly higher than those in R-R-WF rotation. The diversity of endophytic bacteria was richer in R-R-MV. Both the culture-dependent and the culture-independent method revealed significant effect of long-term different tillage systems on the microbial community. C. A. CampbellR. P. ZentnerSoil organic matter was monitored in a 24-yr crop rotation experiment conducted on a medium-textured Aridic Haploboroll in southwestern Saskatchewan. Prior to the study, the land had been in a spring wheat fallow rotation for ~50 yr. Only the 0- to segment showed significant treatment effects. Due to good weather and crop yields in the first 15 yr, soil organic matter had increased under well-fertilized annually cropped rotations. Because of several dry years in the final 9 yr, all rotations except a well-fertilized, fallow-winter cereal-wheat system lost organic matter. The fallow-flax-wheat rotation receiving N and P fertilizer had the lowest soil organic matter. Soil organic matter in the well-fertilized fallow-winter cereal-wheat rotation remained constant. -from Authors
. 151 328 311 134 397 26 91 98

pengembangan agraris dengan cara rotasi tanaman termasuk bagian dari strategi